Atsar Kebaikan
آثار الخيرات
Penulis : SMF (Al Fath)
Surat Yasin merupakan surat ke-36 dalam Al-Qur'an dengan jumlah 83 ayat. Termasuk dalam golongan surat Makkiyah, atau surat yang diturunkan di kota Makkah.
Umumnya, surat ini di baca istiqomah setiap malam jumat oleh sebagian kalangan muslim untuk memanjatkan doa dan memohonkan ampun bagi kerabat keluarga atau orang terdekat yang telah meninggal.
Surat Yasin sangat populer bahkan bisa di katakan banyak yang hafal, saking sering membacanya. Dan yang terbiasa membaca surat Yasin pastilah tak asing dengan ayat berikut,
إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثٰرَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنٰهُ فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh). Q.S Ya Sin [36] : 12
Titik point yang kita bahas kali ini yaitu :
Yang pertama ; مَا قَدَّمُوا , dan
yang kedua adalah ; وَءَاثٰرَهُمْ
Maa qaddamu, bisa di artikan... apa yang telah mereka kerjakan..., qoddamu berasal dari kata qoddama yaitu fi'il madhi menunjukkan pekerjaan pada masa lalu. Pada ayat ini diterjemahkan "yang telah dikerjakan..."
Dari penggalan ayat tersebut bisa di ambil kesimpulan bahwa semua pekerjaan di catat oleh Allah Swt. Oleh karena itu maka harus diusahakan setiap pekerjaan yang kita lakukan dapat bernilai ibadah kepada Allah Swt.
Wa atsarahum, dan juga bekas-bekas mereka. Atsar di artikan bekas.
Untuk pekerjaan sudah sering kita mendengarkan penjelasan, bahwa semua yang di kerjakan termasuk di dalamnya semua tingkah laku pasti dicatat. Yang menjadi pembahasan selanjutnya, apa itu bekas? Apa itu atsar?
Dalam penggalan ayat tersebut termasuk yang di catat.
Di dalam salah satu metodeologi tafsir dengan menitik beratkan asbabun nuzul dari sebuah ayat. Tidak semua ayat turun karena asbab peristiwa, tapi untuk ayat ini, terdapat riwayat yang menjelaskannya.
Asbabun nuzul ayat 12, mengutip hadist yang diriwayatkan oleh ‘Abdur Razzaq dari Abi Sa’id yang berkata bahwa suatu ketika Bani Salimah datang mengadu kepada Rasulullah saw terkait jauhnya jarak tempat tinggal mereka dengan masjid, kemudian turunlah ayat ini. Nabi pun berkata kepada mereka “tetaplah tinggal ditempat kalian, karena akan dicatat bekas-bekas (yang kalian tinggalkan)”.
Versi yang hampir sama juga dijelaskan oleh Imam Tirmidzi, Imam Hakim, dan Imam Thabrani bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya bekas yang kalian tinggalkan akan dicatat, maka janganlah pindah”. Pada riwayat ini dijelaskan tentang keinginan Bani Salimah untuk pindah di samping masjid Nabi, namun Nabi melarangnya.
Bani Salamah ini adalah suku asli penduduk Madinah pinggiran, yang ingin mendekat ke masjid, ingin lebih cepat sampai ke masjid, namun Rasulullah Saw mengarahkan mereka, bahwa jejak kaki diatas tanah itu pun di catat Allah azza wa jalla. Maka makin jauh, makin banyak jejaknya.
Riwayat ini lebih menitik beratkan pada mashlahat bagi Bani Salamah, agar tidak perlu pindah mendekat. Bukan berarti melarang kita tinggal berdekatan dengan Masjid.
Yang dicatat bukan hanya "ma qaddamu", tetapi juga "atsarahum". Perilaku nya dicatat, dan bekas atas perilaku itu dicatat.
Pemahaman ayat ini jika kita qiyaskan kondisi kita, bukan hanya amal kita tetapi bekas-bekas termasuk di dalamnya akibat dari amal kita juga di catat.
Al Quran memotivasi kaum muslimin bahwa setiap perbuatan baik bukan hanya aksi kebaikannya saja yang di catat tetapi lebih jauh juga "atsar", apa dampaknya bagi jiwa, sosial dan berbagai segi kehidupan.
Gerakan nasi jum'at, membagi makanan pagi setiap hari Jum'at merupakan salah satu aksi kebaikan. Donasinya dicatat Allah, aktivitas penyelenggaranya dicatat Allah, termasuk juga yang memasak di catat oleh Allah tetapi jangan lupa bahwa dampak dari gerakan nasi jum'at, juga dicatat.
Berapa banyak pekerja dan ibu rumah yang lebih tenang ketika sarapan pagi sudah ada yang menyuplai, sehingga memasak lebih siang, lebih dari itu jatah belanja untuk pagi bisa dipergunakan jajan sang anak sehingga anak menjadi gembira. Kegembiraan anak inipun di catat sebagai tambahan kebaikan bagi para donatur dan penyelenggaranya. Maka inilah atsar, Allah catat.
Karena itu sangat keliru jika meremehkan gerakan berbagi makanan, karena selain donasi dan aktivitas penyelengaraan di catat sebagai kebaikan, memasaknya juga dihitung, mengantar makanannya dihitung, lebih jauh dari itu dampak dari bagi-bagi makanan ini, bisa sangat mendalam bagi para jamaah yang mendapatkan nasinya juga di hitung. Bahkan bisa jadi kegembiraan penjual komoditinya pun akan di catat sebagai tambahan kebaikan.
Dari nasi box, seseorang bisa saja jadi bertaubat atau malah jadi bersedekah, karena tersentuh aktivitas kebaikan itu, maka inilah atsar, yang Allah juga catat.
***
Sumber
1.QMS
2. Tafsir
Komentar
Posting Komentar